A. Sektor Pertanian Indonesia
1. Definisi Pertanian
Menurut A.T Mosher (1968; 19) mengartikan
pertanian sebagai sejenis proses produksi khas yang didasarkan atas proses
pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan produksi di dalam setiap usaha
tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya dan penerimaan adalah penting.
Sedangkan Mubyarto (1989; 16-17) membagi definisi pertanian dalam
arti luas dan pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas mencakup :
1. Pertanian
rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan
(termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian
diartikan sebagai pertanian rakyat. Pertanian rakyat merupakan usaha pertanian
keluarga di mana diproduksinya bahan makanan utama seperti beras, palawija
(jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian), dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu
sayuran dan buah-buahan.
Dapat diambil kesimpulan bahwa
pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
2. Kontribusi Sektor Pertanian bagi Perekonomian Indonesia
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat
penting dalam perekonomian di Indonesia. Sampai tahun 1991 sektor pertanian
menyumbang 17,66 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan
menyerap 49,24 persen tenaga kerja nasional. Di samping itu sektor pertanian
juga menyangga kehidupan sekitar 77,74 persen penduduk Indonesia yang tinggal
di pedesaan, serta merupakan pendukung utama sektor agroindustri dalam
mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian
memiliki beberapa peranan, yang juga tertuang dalam Program Repelita VI era
Presiden Soeharto dahulu. Peranan sektor pertanian bagi Indonesia tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Mensejahterakan
petani
Sektor pertanian merupakan sumber utama
kehidupan dan pendapatan masyarakat petani. Mensejahterakan di sini mengandung
arti luas sehingga menumbuhkembangkan partisipasi petani dan mampu meningkatkan
keadaan sosial ekonomi petani melalui peningkatan akses terhadap teknologi,
modal, dan pasar.
2. Menyediakan
pangan
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam
perekonomian nasional adalah penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia
yang saat ini berjumlah 220 juta jiwa. Dengan peranan pertanian sebagai penyedia
bahan pangan yang relatf murah, telah memungkinkan biaya hidup di Indonesia
tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya hidup di Indonesia menjadi salah
satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang cukup
dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan
nasional (food security) yang erat kaitannya dengan stabilitas sosial,
ekonomi, dan politik.
3. Sebagai
wahana pemerataan pembangunan
Pembangunan pertanian harus didukung oleh
pembangunan wilayah baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial
ekonomi kemasyarakatan.
4. Merupakan
pasar input bagi pengembangan agroindustri
Indonesia mempunyai sumber daya pertanian yang
sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, banyak memakan
tempat, dan musiman. Sehingga dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya
cenderung mengonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi, tidak
busuk, dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan dominan.
Dan jika sektor pertanian terus ditingkatkan
maka diharapkan sektor ini mampu menghasilkan pangan dan bahan mentah yang
cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat, meningkatkan daya beli rakyat, dan mampu
melanjutkan proses industrialisasi.
5. Menghasilkan
devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang
penting bagi Indonesia. Salah satu subsektor andalannya adalah subsektor
perkebunan, seperti ekspor komoditas karet, kopi, teh, kakao, dan minyak sawit.
Lebih dari 50% total produksi komoditas-komoditas tersebut adalah untuk
diekspor.
Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan
secara konsisten menyumbang devisa dengan rata-rata nilai ekspor produk
primernya mencapai US$ 4 milyar per tahun. Sumbangan sektor pertanian terhadap
pembangunan dan devisa negara ditentukan oleh produktivitas dari sektor ini.
Sumbangan terbesar sektor pertanian selama PJP I (Pembangunan Jangka Panjang)
adalah tercapainya swasembada pangan, khususnya beras dalam tahun. Pada masa
tersebut Indonesia mampu mengekspor beras ke beberapa negara miskin sehingga
dapat menambah devisa. Dampak swasembada tersebut adalah meningkatnya
pendapatan masyarakat, kualitas gizi, serta penghematan devisa. Selain itu,
swasembada pangan juga telah meningkatkan kestabilan ekonomi nasional.
6. Menyediakan
lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di awal, sektor
pertanian memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja. Di tahun 1994
saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa angkatan kerja pada tahun itu diserap oleh
subsektor pertanian primer.
Lalu subsektor perkebunan memberikan
kontribusinya dalam pembangunan nasional. Sampai tahun 2003, jumlah tenaga
kerja yang terserap oleh subsektor ini diperkirakan mencapai 17 juta jiwa.
Kontribusi dalam penyediaan lapangan pekerjaannya pun mempunyai nilai tambah
tersendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan
dan daerah terpencil. Dengan demikian, selain menyediakan lapangan kerja
subsektor perkebunan ikut mengurangi arus urbanisasi.
7. Peningkatan
pendapatan nasional
Berdasarkan data yang diperoleh, subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai kontribusi penting
dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari kontribusinya terhadap
produk domestik bruto (PDB). Dari segi nilai absolut berdasarkan harga yang
berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp 33,7 triliun pada tahun
2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau meningkat dengan
laju sekitar 11,7% per tahun. Dengan peningkatan tersebut, kontribusi PDB
subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah sekitar 16%. Terhadap
PDB secara nasional tanpa migas, kontribusi subsektor perkebunan adalah sekitar
2,9% atau sekitar 2,6% PDB total. Jika menggunakan PDB dengan harga konstan tahun
1993, pangsa subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah 17,6%,
sedangkan terhadap PDB non migas dan PDB nasional masing-masing adalah 3,0% dan
2,8%.
8. Mempertahankan
kelestarian sumber daya
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti
Indonesia yang kaya akan beraneka ragam sumber daya pertanian secara alami (endowment
factor). Maka dari itu, diharapkan dalam penggunaannya sumber daya ini
digunakan secara optimal dan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumber daya
pertanian.
4. Kendala dalam Pengembangan Sektor Pertanian di Indonesia
Dalam pengembangan sektor pertanian masih
ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang
berbasiskan agribisnis dan agroindustri. Kendala yang dihadapi dalam
pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain:
Pertama, lemahnya struktur permodalan dan
akses terhadap sumber permodalan. Salah satu faktor produksi penting dalam
usaha tani adalah modal. Secara umum pemilikan modal petani masih relatif
kecil, karena modal ini biasanya bersumber dari penyisihan pendapatan usaha
tani sebelumnya. Untuk memodali usaha tani selanjutnya petani terpaksa memilih
alternatif lain, yaitu meminjam uang pada orang lain yang lebih
mampu (pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari toko dengan
perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti inilah yang menyebabkan
petani sering terjerat pada sistem pinjaman yang secara ekonomi merugikan pihak
petani.
Kedua, ketersediaan lahan dan masalah
kesuburan tanah. Kesuburan tanah sebagai faktor produksi utama dalam pertanian
makin menurun. Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan
yang dapat dimanfaatkan petani, tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku
petani dalam berusaha tani. Dari sisi lain mengakibatkan terjadinya pembagian
penggunaan tanah untuk berbagai subsektor pertanian yang dikembangkan oleh
petani.
Ketiga, terbatasnya kemampuan dalam penguasaan
teknologi. Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu
tertentu. Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai faktor produksi dan
sarana produksi yang merupakan faktor masukan produksi yang diperlukan dalam
proses tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Petani yang
bertindak sebagai manajer dan pekerja pada usaha taninya haruslah memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan berbagai faktor masukan usaha
tani, sehingga mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan
efisiensi usaha yang dilakukan.
Keempat, lemahnya organisasi dan manajemen usaha
tani. Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat, terutama
kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan panyaluran
inspirasi (bottom up) para anggotanya. Dalam pertanian, organisasi yang
tidak kalah pentingnya adalah kelompok tani. Selama ini kelompok tani sudah
terbukti menjadi wadah penggerak pengembangan pertanian di pedesaan. Hal ini
dapat dilihat dari manfaat kelompok tani dalam hal memudahkan koordinasi,
penyuluhan dan pemberian paket teknologi.
Kelima, kurangnya kuantitas dan kualitas
sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis. Petani merupakan sumberdaya manusia
yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu kegiatan
usaha tani, karena petani merupakan pekerja dan sekaligus manajer dalam usaha
tani itu sendiri. Ada dua hal yang dapat dilihat berkaitan dengan sumberdaya manusia
ini, yaitu jumlah yang tersedia dan kualitas sumberdaya manusia itu sendiri.
Kedua hal ini sering dijadikan sebagai indikator dalam menilai permasalahan
yang ada pada kegiatan pertanian.
B. Pengertian Nilai Tukar
Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu
indicator yang biasa digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan petani di
pedesaan pada tahun tertentu di bandingkan dengan kondisi pada tahun dasar
(Setiani, et-al, 2007). Nilai tukar petani adalah salah satu
indicator produksi untuk mengetahui tingkat kesejahteraan petani, sebagai
persentase dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks
harga yang dibayar petani (Karmiati, 2006). Yang dimaksud dengan nilai tukar
petani adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan
indeks harga yang dibayar petani (Ib) dalam persentase. Nila tukar petani juga
merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
atau kemampuan daya beli petani (BPS, 2006). Secara konsepsional nilai tukar
petani adalah pengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang
dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah
tangga dan keperluan dalam memproduksi produk pertanian.
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha
untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian
dalam arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan
termasuk penangkapan ikan, dan pemungutan hasil laut (Hernanto,1991). Petani
yang dimaksud disini adalah orang yang mengusahakan usaha pertanian (tanaman
bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat) atas resiko sendiri dengan tujuan
untuk dijual, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap
(sewa/kontrak/bagi hasil) (BPS, 2006). Harga yang diterima petani adalah
rata-rata harga produsen dari hasil produksi petani sebelum ditambahkan biaya
transportasi atau pengangkutan dan biaya pengepakan ke dalam harga penjualannya
atau disebut Fram Gate (harga di sawah/ladang setelah
pemetikan). Pengertian harga rata-rata adalah harga yang bila dikalikan dengan
volume penjualan petani akan mencerminkan total uang yang diterima petani
tersebut.
Harga yang dibayar petani adalah rata-rata harga
eceran barang atau jasa yang dikonsumsi atau dibeli petani, baik untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya sendiri maupun untuk keperluan biaya produksi
pertanian. Pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara penjualan dan
pembelian atau tempat yang biasanya terdapat penawaran dan permintaan. Harga
eceran pedesaan adalah harga transaksi antar penjual dan pembeli secara eceran
di pasar setempat untuk tiap jenis barang yang dibeli dengan tujuan untuk
dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kepada pihak lain.
1. Indeks
Harga yang Diterima Petani (It) dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
It merupakan suatu indikator tingkat
kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan, sedangkan Ib dari sisi
kebutuhan petani baik untuk konsumsi maupun produksi.
Arti Angka Nilai Tukar Petani
Secara umum ada tiga macam pengertian
NTP, yaitu:
· NTP>100,
berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari
kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluaran
nya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat
kesejahteraan petani sebelumnya.
· NTP
= 100, berarti petani mengalami impas/ break even. Kenaikan atau penurunan
harga barang produksinya sama dengan persentase kenaikan atau penurunan harga
barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.
· NTP
< 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang
produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami
penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani periode sebelumnya.
Arti Penting Nilai Tukar Petani
Secara teori, kesejahteraan petani akan
meningkat apabila selisih antara hasil penjualannya dan biaya produksinya
bertambah besar, atau nilai tambahnya meningkat. Jadi besar kecilnya nilai
tambah petani ditentukan oleh besar kecilnya nilai tambah petani ditentukan
oleh besar kecilnya nilai tukar petani (NTP). NTP ditunjukkan dalam bentuk
rasio antara indeks harga yang diterima petani, yakni indeks harga jual
outputnya, terhadap indeks harga yang dibayar petani, yakni indeks harga
inputinput yang digunakan untuk bertani, misalnya pupuk, pestisida, tenaga
kerja, irigasi, bibit, sewa traktor, dan lainnya. Berdasarkan rasio ini, maka
dapat dikatakan semakin tinggi NTP semakin baik profit yang diterima petani,
atau semakin baik posisi pendapatan petani.
Nilai tukar petani penting untuk diukur dan
diketahui untuk menunjukkan keadaan tingkat kesejahteraan petani, yang
memberikan gambaran berapa besar tingkat kemiskinan dan keberhasilan kebijakan
pemerintah. Nilai tukar petani juga penting sebagai pengukur kemampuan daya
tukar sektor pertanian terhadap sector non pertanian. Fluktuasi NTP menunjukkan
fluktuasi kemampuan riil petani dan mengindikasikan kesejahteraan petani.
2. Faktor –
factor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani
(BPS, 2006):
1. Indeks
harga yang diterima petani (It). It digunakan untuk mengetahui fluktuasi harga komoditas
pertanian yang dihasilkan petani.
It ini terdiri dari:
· Indeks
sub sektor tanaman bahan makanan (TBM), yang terdiri dari indeks kelompok
tanaman padi, indeks kelompok tanaman palawija, indeks kelompok tanaman
sayur-sayuran, dan indeks kelompok tanaman buah-buahan.
· Indeks
sub sektor tanaman perkebunan rakyat (TPR) dengan komoditi a.l. cengkeh, jahe,
jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kemiri,
kina, kopi, lada, pala, panili, tebu, tembakau, the, serta tanaman perkebunan
lainnya).
2. Indeks
harga yang dibayar petani (Ib), digunakan untuk melihat fluktuasi harga
komoditas yang dikonsumsi oleh petani dan harga barang yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian, terdiri dari:
a. Indeks
kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) yang meliputi:
1) Indeks sub
kelompok makanan, yang meliputi: padi-padian dan penggantinya, yaitu:
· daging,
ikan dan unggas
· susu,
telur, dan minyak
· sayur-sayuran
· buah-buahan
· kacang-kacangan
· lain-lain
bahan makanan dan minuman
2) Indeks sub
kelompok perumahan, yang meliputi:
· biaya
tempat tinggal
· bahan
bakar dan penerangan
· alat-alat
rumah tangga
· lain-lain
keperluan rumah tangga
3) Indeks sub
kelompok pakaian, yang meliputi:
· pakaian
jadi dan alas kaki
· barang-
barang pribadi
· bahan
pakaian
4) Indeks sub
kelompok barang dan jasa, yang meliputi:
· perawatan
kesehatan
· perawatan
pribadi
· pendidikan
· tembakau
dan rokok
· lain-lain
b. Indeks
Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM), yang meliputi:
· Indeks
sub kelompok:
(1) bibit
(2) pupuk dan obat-obatan
(3) sewa hewan atau
tenaga
· Indeks
sub kelompok upah, yang meliputi upah buruh
· Indeks
sub kelompok lainnya, misalnya pengeluaran untuk kebutuhan lainnya.
· Indeks
sub kelompok penambahan barang modal
3. Rumus
Menghitung Nilai Tukar Petani
Rumus untuk penghitungan Nilai TukarPetani (NTP) adalah (BPS,
2006) :
Keterangan:
NTP : Nilai tukar petani
It : Indeks harga yang diterima petani
Ib : Indeks harga yang dibayar petani.
C. Sektor Industri
Keputusan Indonesia untuk
membuat pertanian menjadi landasan perencanaan pembangunan negara memang tidak
sejalan dengan kebijaksanaan konvensional. Di tengah penekanan pembangunan
pertanian itu tentu saja pemerintah sadar sepenuhnya bahwa Indonesia
tidak bisa terus menerus bergantung pada pertanian untuk menjadi negara
modern. Pada akhir decade enam puluhan, ketika pemerintah Orba meluncurkan
rencana pembangunan ekonominya, sebagian besar literature dalam bidang ekonomi
mengidentikkan pembangunan dengan industrilisasi. Hal ini terlihat lebih nyata
lagi misalnya dalam penanaman negara yang sudah mencapai standar hidup yang
tinggi bagi penduduknya sebagai negara industry. Meskipun Indonesia telah
mengadopsi kebijakan yang mendahulukan pertanian, tim ekonomi negara tetap
punya komitmen besar terhadap industrilisasi sebagai sebuah pilar bagi strategi
pembangunan ekonomi negara. Mereka juga sadar bahwa program yang keliru untuk
mencapai industrilisasi secara terburu-buru bisa menjadi boomerang yang
menyebabkan disalokasi ekonomi, investasi terbuang percuma, dan penghamburan
kekayaan negara yang langka.
Bukti statistic darai zaman
Sukarno terlalu sedikit dan masih kacau sehingga sukar untuk memperkirakan
keadaan industrilisasi Indonesia pada masa tersebut. Namun demikian, bukti yang
tersedia mengisyaratkan bahwa pada masa permulaan Orba, Indonesia termasuk
negara yang paling rendah tingkat industrilisasinya diantara negara-negara
sedang berkembang yang besar.
Memandang ke belakang,
akhir decade Sembilan puluhan, saat Indonesia mulai menjadi negara industry
baru (NIC, Newly Industrialized Country), orang bisa dengan mudah
berpikir bahwa kita telah berhasil. Namun, dalam prosesnya, kita kadang-kadang
membuat kesalahan yang membawa kepada jalan buntu. Ada banyak pengalaman
berharga yang kita peroleh terutama pada tahun-tahun awal.
Pengalaman-pengalaman ini bisa disarikan sebagai berikut :
1. Proteksionisme
(baik untuk menopang industry yang baru berkembang maupun untuk keperluan
pemerataan bagi kelompok tertinggal) bisa berperan penting dalam pembangunan
ekonomi, hanya bila proteksi ini dilaksanakan dengan tujuan yang terdefinisi
dengan jelas dan masa penerapannya dibatasi.
2. Sukses
kebijakan industry tak lepas dari terpeliharanya nilai tukar mata uang yang
realistis
3. Strategi
ekonomi harus bersifat fleksibel dan realistis, sehingga dapat diubah sesuai
dengan perkembangan situasi, dan bila perlu dihentikan kalau sudah kadaluwarsa.
· Karakteristik
Industri Indonesia
Sector industry Indonesia dibagi menjadi
empat klasifikasi, yaitu :
1. Industry
rumah tangga
2. Industry
kecil
3. Industry
menengah
4. Industry
besar
D. Keterkaitan Pertanian dengan
Industri Manufaktur
Jika mau berkaca dari negara yang telah lebih
dahulu maju dibanding dengan Indonesia, pada awalnya mereka (negara-negara
maju) menitikberatkan pembangunan perekonomian mereka pada sektor pertanian
untuk kemudian dikembangkan dan beralih perlahan-lahan menjadi sektor industri.
Perubahan ini tidak berlangsung secara tiba-tiba melainkan dengan serangkaian
proses yang panjang dan tentunya pertanian dijadikan sebagai pondasi, baik
sebagai penyedia bahan baku maupun modal untuk membangun industri.
Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses
industrialisasi yang didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment
yang tepat. Pada akhirnya Indonesia yang direncanakan akan menjadi negara
industri-dalam waktu yang tidak lama lagi, tidak terwujud hingga saat sekarang
ini.
Melihat kenyataan itu, sudah seharusnya kita
memutarbalikkan kemudi ekonomi untuk mundur selangkah merencanakan dan kemudian
melaksanakan dengan disiplin setiap proses yang terjadi. Yang terpenting yaitu
harus dapat dipastikan bahwa sektor pertanian mendapat prioritas dalam proses
pembangunan tersebut. Mengingat, sampai dengan saat ini negara-negara maju pun
tidak dapat meninggalkan sektor pertanian mereka, hingga kalau sekarang kita
coba melihat sektor pertanian sekelas negara maju, sektor pertanian mereka
mendapat proteksi yang besar dari negara dalam bentuk subsidi dan bantuan
lainnya.
Ada beberapa alasan (yang dikemukakan oleh
Dr.Tulus Tambunan dalam bukunya Perekonomian Indonesia) kenapa sektor pertanian
yang kuat sangat esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia,
yakni sebagai berikut :
1. Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin
dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada
khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
Ketahanan pangan berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kestabilan
sosial dan politik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang
kuat membuat tingkat pendapatan rill per kapita disektor tersebut tinggi yang
merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood,
khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia, dimana sebagaina besar penduduk
berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak
langusng dari kegitan pertanian, jelas sektor ini merupakan motor utama
penggerak industrialisasi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu
sumber input bagi sektor industri yang mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif.
4. Masih dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor
pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi
sumber investasi di sektor industri, khususnya industri berskala kecil di
pedesaan.
Melihat hal itu, sangat penting untuk kita
saling bersinergi dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Pemerintah-dalam
hal ini pemangku kebijakan, membuat regulasi yang memiliki tujuan yang selaras
dengan cita-cita bersama, menganggarkan dana untuk pengembangan pertanian,
memberikan pengetahuan dengan jalan memberdayakan tenaga penyuluh pertanian
agar dapat membantu petani dengan maksimal.
Bank dalam hal ini penyedia dana publik dapat
lebih bersahabat dengan petani, agar keterbatasan dana dapat teratasi dengan
bantuan bank sebagai penyedia dana dengan bunga yang kecil, perguruan tinggi
sangat penting untuk mengadakan penelitian-penelitian yang masiv dan dapat
diaplikasikan langsung untuk meningkatkan produktivitas pertanian, swasta
diharapkan dapat menginvestasikan modal mereka untuk membuat pabrik-pabrik pengolahan
produk-produk pertanian kita sehingga ketika kita ingin memasarkannya ke luar
(ekspor) maka kita akan dapat menghasilkan pendapatan lebih (karena nilai yang
lebih tinggi) dan tentunya masyarakat (petani) sebagai subjek dapat dengan
benar-benar serius dalam menjalankan setiap program yang diberikan pemerintah
(dengan asumsi program yang dibuat oleh pemerintah sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan oleh petani).
Ketika hal ini berjalan dengan baik, maka kita
dapat meningkatkan produk-produk pertanian kita sejalan dengan peningkatan
industri manufaktur yang membutuhkan bahan baku yang kita produksi dari
para petani-petani kita. Maka dari itu, peningkatan pendapatan para petani akan
berkorelasi positif terhadap meningkatnya kesejahteraan petani dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
https://www.academia.edu/9655359/DAMPAK_INVESTASI_SEKTOR_PERTANIAN_TERHADAP_PEREKONOMIAN_SUMATERA_UTARA_PENDEKATAN_ANALISIS_INPUT_-OUTPUT
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/forum-agro-ekonomi/411-forum-agro-ekonomi-vol-31-no-2-2013/2581-nilai-tukar-petani-konsep-pengukuran-dan-relevansinya-sebagai-indikator-kesejahteraan-petani
http://www.koran-sindo.com/read/947091/150/investasi-di-sektor-pertanian-melambat-1420599429http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/05/16/melihat-investasi-dalam-pertanian-457620.html
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2012/02/15/keterkaitan-pertanian-dengan-industri-manufaktur-439256.html
http://metabinasabila-meta.blogspot.com/2012/03/perekonomian-indonesia-perkembangan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar